Kembalinya Tarrkam Lewat Sebuah Pernyataan Musik yang Mentah dan Jujur
Setelah masa vakum yang panjang, kuintet egg punk asal Jakarta, Tarrkam, kembali menegaskan eksistensinya lewat perilisan EP terbaru berjudul NEKAT. Dirilis pada 31 Oktober 2025 melalui Kolibri Rekords, karya ini menjadi simbol ketahanan kolektif para personel setelah masa sulit yang dialami sang vokalis, Rahmad “Ape” Sumantri. EP NEKAT bukan sekadar tanda kebangkitan, tapi juga manifestasi kematangan musikal dan emosional mereka setelah melewati fase rehabilitasi dan refleksi diri.

Paradoks Kewarasan dan Kegilaan dalam Satu Spektrum Musikal
NEKAT menghadirkan kontradiksi menarik: musik yang lebih terstruktur secara teknis, namun justru lahir dari kondisi mental yang terus diuji. Dengan pendekatan yang lebih eksploratif, setiap personel Tarrkam memaksimalkan perannya untuk menciptakan lanskap suara yang segar dan intens. Lirik-lirik di dalamnya menembus batas personal—bercerita tentang pengalaman nyata, kritik sosial, hingga kisah bernuansa fiksi ilmiah.
Track pembuka “Demi Keluarga”, yang menampilkan kolaborasi bersama Doddy Hamson dari Komunal, menjadi inti dari keseluruhan EP. Terinspirasi dari pengalaman pribadi Ape saat berurusan dengan hukum, lagu ini adalah refleksi tentang pengorbanan dan perjuangan para pekerja. “Lagu ini tentang para pekerja dengan upah tak seberapa, yang rela banting tulang,” jelas Ape.

“Darah keringat air mata, membasuh nasib, dengan lantang ia menantang zaman — itu tentang keberanian menghadapi zaman dan menolak tunduk pada nasib.” Secara musikal, “Demi Keluarga” menggabungkan spirit surf punk dengan energi heavy metal, menghasilkan anthem yang sekaligus emosional dan buas.
Kritik Sosial, Humor Satir, dan Pelarian Kosmik dalam Satu EP
Dua lagu yang sebelumnya sudah dirilis, “CCTV” dan “SpacePunk”, kini menemukan konteksnya di dalam narasi NEKAT. “CCTV” menyoroti absurditas media sosial, sementara “SpacePunk” membayangkan pelarian dari realitas yang menyesakkan menuju ruang hampa kosmik. Keduanya dijembatani oleh “Tentara”, lagu bernuansa satir tentang anak nakal yang dipaksa menjalani latihan militer. Dengan pembuka bernuansa mars karikatural yang tiba-tiba berubah menjadi ledakan riff hardcore, “Tentara” menjadi sindiran tajam terhadap kemunafikan sosial yang dikemas dengan gaya khas Tarrkam—lugas, jenaka, tapi tetap menggigit.
Formasi Baru dan Arah Baru Tarrkam

Tarrkam dibentuk di Jakarta pada 2015 oleh Rahmad “Ape” Sumantri (vokal), Stefanus “Epan” Yonatan (gitar), Haryo “Oyob” Widi (bass), dan Bagas “Encek” Wisnu (drum). Band ini dikenal dengan energi mentah dan karakter humoris dalam memainkan punk yang berpadu dengan elemen indie rock, garage, surf, new wave, hingga psikedelik. Setelah merilis album perdana Fresh Grad (2023), Tarrkam kini memperluas spektrum bunyinya lewat kehadiran personel kelima, Denny Aulia, yang mengisi posisi keyboard dan synthesizer. Kehadirannya memberi warna baru sekaligus menandai arah musikal Tarrkam menuju album penuh berikutnya.
Dengan NEKAT, Tarrkam bukan hanya menegaskan keberaniannya untuk kembali, tapi juga menunjukkan bagaimana luka, refleksi, dan humor bisa melebur menjadi satu suara yang lantang—suara tentang bertahan hidup lewat musik.


