Sejumlah Pengusaha Sound System Mengumumkan Penggantian Istilah Sound Horeg Menjadi Sound Karnaval Indonesia

Upaya Perbaikan Citra dan Profesionalisme Pelaku Industri Audio

Istilah “sound horeg” selama ini dikenal luas di masyarakat sebagai sebutan untuk sound system berukuran besar dan bertenaga tinggi, yang biasa digunakan dalam parade jalanan dan pesta rakyat. Meski populer, istilah ini sering kali membawa stigma negatif karena dianggap mengganggu ketertiban umum akibat volume suara yang sangat keras dan bergetar.

Menanggapi hal tersebut, sejumlah pelaku usaha sound system mendeklarasikan penggantian nama dari “sound horeg” menjadi Sound Karnaval Indonesia. Momen ini terjadi pada Selasa malam, 29 Juli 2025 di Lapangan Desa Gedog Kulon, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, dalam rangkaian acara pengajian umum dan santunan anak yatim sekaligus peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia.

“Sound Karnaval Indonesia, Jangan Lagi Bilang Sound Horeg!”

Dalam video deklarasi yang viral di media sosial, para pengusaha sound system berdiri di atas panggung dan menyampaikan pernyataan secara kompak. Salah satu perwakilan menyebut bahwa perubahan ini penting agar publik tidak lagi salah persepsi terhadap eksistensi mereka di dunia hiburan.

“Karena situasi yang sudah seperti ini, kita dari teman-teman sound, daripada persepsinya nanti salah semua, maka khususnya untuk dari Tim Sotok, soundnya yang horeg itu kita ganti nama menjadi Sound Karnaval Indonesia,” ujar salah satu perwakilan.

Pernyataan tersebut diakhiri dengan seruan bersama dari para peserta yang lantang menyatakan:
“Sound Karnaval Indonesia, ojok ngomong sound horeg!”

Diikuti Pelaku Usaha dan Didukung Pemerintah Daerah

Deklarasi ini dihadiri berbagai pihak, termasuk jajaran Kepala Perangkat Daerah Kabupaten Malang, Forkopimcam Turen, kepala desa se-Kecamatan Turen, tokoh masyarakat, hingga Bupati Malang M. Sanusi.

Sejumlah tim sound system yang tergabung dalam Tim Sotok Audio ikut serta, antara lain:
Blizzard Audio, Brewog Audio, ND Audio, RWJ Audio, BJ Hunter Audio, FW Pro Audio, JRT Audio, KF Pro Audio, Ugra Tani Audio, ABD Audio, dan H Pro Audio.

Tujuan: Hapus Stigma Negatif dan Tunjukkan Profesionalisme

David Stefan selaku pemilik Blizzard Audio mengatakan bahwa istilah “sound horeg” bukan berasal dari para pelaku usaha, melainkan sebutan dari masyarakat karena efek getar dan keras dari sistem audio tersebut. Kini, dengan nama baru, para pelaku usaha berharap masyarakat dapat melihat kegiatan mereka secara lebih positif.

“Sudah ikrar agar namanya Sound Karnaval Indonesia. Kemudian untuk suaranya nanti tergantung peraturan bagaimana,” jelas David saat dihubungi.

Ia juga menegaskan bahwa pihaknya akan selalu taat terhadap regulasi pemerintah dan berharap tidak ada lagi kegaduhan atau salah paham di masa mendatang.

Scroll to Top