The Cottons Hadirkan Single “Gundah” dengan Sentuhan Kolaborasi Spesial

Lagu terbaru bersama demajors, kolaborasi pertama sepanjang diskografi

The Cottons resmi merilis single terbaru berjudul “Gundah” pada Jumat, 19 September 2025, melalui kerja sama dengan label rekaman demajors. Karya ini hadir lima bulan setelah perilisan single sebelumnya, “Lentera”, dan menjadi catatan penting dalam perjalanan musik The Cottons karena untuk pertama kalinya mereka menghadirkan kolaborator vokal di dalam karya mereka.

Kolaborasi dengan Aprilia Apsari dari WSATCC

Unit pop asal Jakarta yang digawangi pasangan suami istri Yehezkiel Tambun dan Kaneko Pardede ini menggandeng Aprilia Apsari, vokalis White Shoes & The Couples Company (WSATCC), untuk bernyanyi bersama di “Gundah”. Ide kolaborasi ini lahir ketika proses penggarapan lagu berlangsung, di mana Yehezkiel dan Kaneko merasa karakter vokal Sari cocok dengan nuansa lagu.

“Di tengah proses penulisan lagu, kami berdua sepakat kalau lagu ini cocok dengan karakter suara Sari. Akhirnya kami memberanikan diri untuk mengajak Sari berkolaborasi yang kemudian disambut dengan sangat baik oleh beliau,” ungkap Kaneko.

Bagi Sari, kesempatan berkolaborasi dengan The Cottons menjadi pengalaman menyenangkan.
“Selalu menyenangkan bisa menyanyikan lagu yang ditulis dengan bagus. Lagu-lagu The Cottons selalu akrab melekat dalam keseharian saya dan keluarga di rumah, sebuah kehormatan bisa menyanyikan buah karya The Cottons,” tutur Sari.

Eksplorasi musikal dan dukungan banyak musisi

Selain menghadirkan kolaborator vokal, “Gundah” juga menunjukkan eksplorasi musikal The Cottons dengan tambahan instrumen flute dan perkusi. Warna baru ini berpadu manis dengan karakter musik pop yang telah menjadi ciri khas mereka.

Dalam proses produksinya, The Cottons turut melibatkan sejumlah musisi, antara lain Bagas Wisnu Wardhana (Tarrkam, Morgensoll, ZIP) pada drum, Yanuari Murdiansah pada bas, Harry Winanto (WSATCC) pada flute, dan Rezki Delian (The Panturas) pada perkusi. Peran penting juga datang dari Fadli ‘Aat’, yang disebut sebagai embrio awal dari lahirnya “Gundah”.

“Bisa dibilang, sebenarnya lagu ini ada berkat Fadli ‘Aat’. Embrio lagu ini datang dari beliau. Selama proses produksi, kami juga cukup aktif brainstorming dengan Aat,” jelas Yehezkiel.

Visualisasi melalui video musik

Bersamaan dengan perilisan singlenya, The Cottons juga merilis video musik “Gundah” yang digarap oleh Sarekat Kerja bersama Mellow Splice. Menggunakan medium fotografi analog, video ini menggambarkan suasana kerinduan, kerapuhan, serta harapan tipis yang merefleksikan jiwa lagu.

“Gundah kami gambarkan melalui medium fotografi analog, dari suara buka tutup rana di studio hingga potret yang perlahan hidup di ruang gelap. Proses ini merefleksikan jiwa lagunya: kerinduan, kerapuhan, dan harapan tipis yang terus menyala. Groove 70-an pun hadir tidak dalam kilau lantai dansa, melainkan dalam perjalanan lensa dan ritme proses seluloid yang penuh lapisan, seperti kenangan yang tumbuh kembali,” terang Sarekat Kerja dan Mellow Splice.

Penanda babak baru perjalanan The Cottons

Dengan menghadirkan banyak kolaborator sekaligus eksplorasi musikal yang lebih luas, “Gundah” menjadi lembar baru dalam diskografi The Cottons. Single ini memperlihatkan bagaimana mereka membuka diri terhadap warna-warna baru tanpa meninggalkan karakter musik yang telah melekat sejak awal perjalanan mereka.

“Gundah” dari The Cottons kini sudah tersedia di berbagai layanan musik digital.

Scroll to Top